DEATH -
THRILLER STORY
By :
Fendik Nurdianto
Death – Part
02 (Namaku Stevan)
Namaku Stevan
Ivan. Hari in ini aku kembali bertugas bersama patner sekaligus sahabat baik ku
Mustafa. Kami akan menemui seorang saksi mata dari peristiwa tewasnya wanita salah
satu korban kasus kematian berantai. Dia adalah pria tua berumur 55 tahun yang kebetulan
berada di sekitar TKP di depan salah satu gedung mall kota Javatra.
“Apa anda
melihat orang ini di sekitar korban?” Aku memperlihatkan sebuah foto wajah pria pada orang itu.
“hmm.. sepertinya tidak.” Pria tua itu menjawab.
“Kalo yang ini apakah anda melihatnya?”
“Tidak”
“Yang ini?” Ujar Mustafa
Lelaki tua itu tampak berusaha keras ia memandangi foto itu
sambil mengingat-ingat, alisnya terangkat dan dahinya berkerut. Sepertinya
usahaku selama ini membawa hasil, bisa jadi aku berhasil menemukan pelakunya.
“Aku baru
pertama kali melihatnya sekarang di foto anda ini.”
“Fuhhh....
terima kasih banyak”. Aku memasukan semua foto wajah yang berjumlah puluhan itu
ke dalam sebuah tas. Foto-foto itu adalah para saksi yang berada di sekitar TKP.
Tiba tiba mustafa menganggetkanku dengan sedikit berteriak “
Anda harus mengaku, aku tahu anda memiliki buku yang dapat membunuh orang
dengan cara menuliskan nama target di dalamnya. Anda menyimpannya di dalam
rumah ini dan kami akan mengeledah sampai ketemu!”
Death
Note? ya Tuhan Mustafa melakukannya. Dia terlalu sering menonton anime.
“Bapak ini nggak mungkin tahu nama -nama korban” bisik ku.
“Benar
kah? eh .. haha”
“Tugas
kita selesai. ayo kembali Mus !!” Aku merasa malu juga.
“Hmm..
apa anda –anda ini seorang polisi? Tanya pria itu ragu.
“Kami
dari “INCI (Indo Nation Criminal Intelligence)”. Kami mengatasi berbagai
masalah seperti terrorisme, human trafficking, weapon trafficking, drug
trafficking, money laundering, corruption, cyber crime dan lain-lain.
“Kami
menangkap penjahat!” Seru Mustafa.
Seperti
biasa setelah selesai meminta keterangan kami memotret saksi mata itu. Tak lupa
aku juga selalu menulis informasi yang aku dapatkan di buku saku kecilku. Aku
dan Mustafa kemudian pamit kembali ke markas. Mustafa tampak tidak senang karena
teori deathnote nya gagal..
“Eh Stev, apa yang kita lakukan ini? Maksudku apa loe pikir
kita bisa menangkap pelakunya dengan cara ini?”
“Masih ingat pelajaran tentang diagram Venn? Cara yang
memudahkan kita untuk menyatakan dan melihat hubungan antara beberapa himpunan. Anggap saja semua saksi peristiwa kematian mendadak
itu sebagai himpunan. Himpunan A misalnya peristiwa kematian A dan Himpunan B
adalah peristiwa kematian B. Maka Himpunan A dan B akan saling berpotongan yang
disebut dengan Irisan. Nah, anggota dalam Irisan hasil himpunan A dan B itu
yang kita cari dan curigai sebagi pelaku.
“ Hmmm...”
Mustafa sepertinya kurang paham.
“Lebih
mudahnya kita harus cari seseorang berada di dua atau lebih TKP. Orang tersebut
kemungkinan besar adalah pelakunya meskipun kita belum tau bagaimana caranya ia
membunuh orang-orang itu.”
“Tut..
tut.. tut”
Ponselku tiba-tiba bergetar ada panggilan masuk dari Kapten Hery
atasan kami.
"Ya kapten saya dan Mustafa sudah selesai meminta
keterangan dari tiga orang saksi"
"Apa
ada hasilnya?
“Sayangnya
belum..
“Oke. Aku
akan segera mengirimkan alamat saksi selanjutnya lewat E-mail. Kalian berdua periksa
saksi ini juga!”
“Baik!"
Panggilan
dimatikan.
“Fuhh..
merepotkan saja” desah Mustafa.
Bersambung.
keren, teruskan gan!
ReplyDelete