YASNIKO - Part 02


YASNIKO - Part 02

By : Fendik Nurdianto



2 Minggu kemudian. 

Sejak kematian reksi Yasniko mulai sering mengajakku bicara. Mungkin ia telah menganggapku temannya. Saat itu saat jam istirahat sekolah, ia mendekatiku.

"Apa kau ingin bermain?" Yasniko bertanya. "Apa ada seseorang yang menganggumu atau orang yang kau benci?”

Aku menggeleng.

"Hahaha... Aku ada! Setelah aku membantumu sekarang kau harus membantuku." Yasniko tersenyum mengerikan kemudian dia membisikkan rencananya. jantungku berdegub kencang tapi aku tak bisa menolak. Apa yang mungkin terjadi?



* * *

“Di mana dek?” Pak Sandra tampak sangat mengkhawatirkan anaknya.

Aku membawa orang itu ke depan ruko kosong seperti yang dikatakan Yasniko. Sebelumnya aku berbohong dengan mengatakan Riezki anaknya jatuh dari motor.

“Bapak tunggu di sini sebentar, aku coba cari”.

Aku berlari meninggalkan pria itu dengan perasaan khawatir sekaligus menyesal. Aku menuju di balik toko, di situ ada Yasniko menungguku. “Lihatlah sebentar lagi!” Senyum mengerikannya kembali muncul.

“Dia tidak akan kenapa-napa kan?” Aku khawatir sekali. Firasatku mengatakan bapak itu akan mengalami sesuatu yang buruk seperti yang dialami Reksi. "Kita berhenti saja bermainnya!”

Tiba-tiba angin bertiup kencang sekali. Sebuah papan reklame besar yang di gantung di atas ruko lantai dua itu jatuh. Skerupnya mungkin sudah rapuh karena telah usang. Papan itu jatuh melesat ke bawah.

"Braaakk.. !!!"

Seketika darah segar menyembur keluar dari kepala pak Sandra. Papan reklame itu telah menghancurkan tengkoraknya. Orang naas itu seketika mati. Aku syock melihat pemandangan itu.

“Hahahaha..” Yasniko tertawa senang.. Melihat seseorang yang baru saja mati mengerikan baginya seperti melihat sesuatu yang lucu saja. Mungkin baginya seperti melihat orang jatuh kepleset kulit pisang.

"Hihhhh!!!!" Sekarang aku sadar dia itu sakit, lebih baik ditindas Reksi dan gengnya daripada berteman dengan anak yang sakit pikirannya seperti Yasniko!

Hari-hari selanjutkan adalah hari-hari terberat. Setiap kali aku memejam mata selalu saja kejadian mengerikan itu muncul di kepalaku. Perasaan bersalah mulai menyiksaku. Seandainya aku tidak menuruti apa yang Yasniko katakan, Reksi, Anjas, Faizal bahkan pak Hussein tak akan mati.

“Maafkan aku semua” Air mataku menetes.


* * *

“Aku tidak mau bermain denganmu lagi?? kataku pada Yasniko. "Kita telah melakukan perbuatan mengerikan"

Yasniko menatapku. "Aku membantumu.. mereka setiap hari mengganggumu. Bukankah kau ingin mereka tak bisa mengganggumu lagi? lalu orang tua itu, ia memukul kliwon kucingku sampai mati."

Aku memangdangnya dengan rasa ngeri tak percaya "Hanya karena alasan itu? Apa kau tak sadar apa yang kita lakukan pada mereka! Secara tidak langsung kita seorang pembunuh!”

Yasniko memukul perutku sampai aku jatuh, senyum mengerikannya kembali muncul.

"Aku menyelamatkan nyawa pengemis tua itu, dia yang seharusnya terlindas truk. Tahukah kamu, aku yang membuatnya pergi dari tempat itu. Lalu kalau orang yang membunuh kliwon itu tidak berdiri di sana seharusnya Melly teman sekelas kita itu yang tertimpa panpan. Aku menyelamatkan mereka berdua dari kematian."

Aku terdiam membisu. Air mata ku jatuh.

"Aku juga akan menyelamatkanmu menghindari kematian! Akan kutunjukkan sesuatu”. Yasniko melepaskan tiga kancing bawah bajunya. "Aku harus melihat kematianmu dulu..

Aku tak mengerti apa yang akan ia lakukan, Yasniko melepaskan beberapa kancing baju lalu menunjukkan perutnya padaku. Tidak ada yang aneh kecuali di pusarnya tak kelihatan berlubang. Ada semacam benjolan dan irisan vertikal. Setelah kuperhatikan bagian itu sepertinya bergerak-gerak Lalu perlahan lahan membuka.

“Aaahhh... !! aku melompat dan menjerit karena terkejut sekali.

Sebuah mata merah besar menempel di perut yasniko. Mata besar yang menjijikan itu berkedip-kedip lalu melotot padaku. Aku ketakutan sekali.

“Hahaha... hey, kembali!”

Aku berlari meninggalkan Yasniko. Dia tidak normal, dia bukan manusia!

Mata merah yang mengerikan itu... Aku tidak mau datang ke sekolah lagi. Ibuku mulai cemas karena aku cuma mengurung diri di kamar setiap harinya. Akhirnya keluargaku sepakat membawaku ke rumah nenek di Surabaya. Aku akan meneruskan sekolah di sana dan berusaha melupakan semua kejadian itu.



* * *

“Mas, kemana? Kenek bus membuyarkan lamunanku.

“Eh.. terminal Wonorejo Lumajang cak”. Aku mengeluarkan uang lima ribu dan memberikannya pada kenek bus. Setelah sampai di terminal nantinya aku akan pindah bis jurusan lumajang-surabaya.

Bus berhenti di pertigaan lampu merah tempat Reksi dan temannya dulu mati terlindas. Aku memandang tempat mereka dulu mati. Sebuah kenangan buruk terlintas. Ini alasannya aku segera meninggalkan kota ini.

Tiba-tiba jantungku terasa berhenti berdetak. Aku melihat Yasniko berdiri di sana, dia tidak bertambah tua, penampilan masih kelas 2 smp sama seperti dulu. Dan yang membuatku kaku adalah ia melihatku lalu tertawa, sambil tangannya menunjuk padaku.

Sekilas aku melihat dari arah depan. Tiba-tiba sebuah truk gandeng melesat ke arah bus yang kutumpangi dengan kecepatan tinggi.


Tamat









Rate post:
{[['']]}

Baca juga:

Comments
2 Comments

2 comments: