Rencana


Rencana





Hai, aku adalah kevin. Aku bersekolah di salah satu sekolah dasar bersama temanku Ron. Kami sangat tahu bahwa kami masih sangat kecil untuk melakukan permainan dewasa. Kami tahu bagaimana harus berbuat selayaknya anak se usia kami. Bermain game, bermain petak umpet dan segalanya yang kami bisa. hingga
suatu saat temanku ini melakukan satu hal di luar kesepakatan takdir kehidupan seorang anak seperti
kami.

Siang itu, tepat pada mulainya pelajaran sastra. Kami semua harus membuat sebuah cerita karangan dengan struktur, definisi dan alur cerita yang jelas. Dan mempersentasikannya kedepan kelas. Hingga sampai pada saat temanku, Roni maju kedepan kelas, dia menceritakan sebuah cerita karangannya yang terdengar begitu sempurna, terdengar begitu jelas. Bahkan menurutku sangat nyata dan membuatku menjadi seorang yang penakut saat itu juga.

"Nama saya Roni, saya akan mencoba menceritakan hasil karangan saya, tapi saya minta satu hal. Jangan ada yang bertanya, apapun yang ingin kalian ganyakan dan kalian pikirkan tentang cerita ini. Saya mohon jangan ada yang bertanya."



Semua murid yang ada di dalam kelas menatap lurus ke arah Rony. Bersiap untuk mendengarkan cerita yang akan di bacakan Rony. Suasana tiba-tiba hening dan terasa mencekam.

"Suatu hari, ada seorang anak laki-laki bertanya pada temannya tentang satu cerita menyeramkan yang baru dia dengar. Sang teman hanya menjawab dengan beberapa kalimat yang membuat sang anak itu terdiam dan langsung pergi meninggalkan temannya itu. Pada saat malam hari, sesampainya di rumah, anak itu terus memikirkan jawaban menakutkan yang ia dengar dari temannya. Berusaha meyakinkan dirinya, bahwa temannya itu hanya bermain-main.

Tepat ketika sang anak tertidur lelap. Ada suara aneh dari arah jendela yang membangunkan anak itu dari
tidurnya. Merasa itu adalah hal yang aneh. Dia lantas membuka jendela dan memastikan tidak ada apa-apa di luar sana. Tapi ada satu hal yang membuat dia takut. satu sosok yang membawa pisau dapur menatap tajam kearahnya dari luar jendela. Anak itu panik dan langsung menutup jendalanya segera mengunci semua pintu yang ada. Tapi semua itu sia-sia ketika jari jemari dari tangan kecil seorang pembunuh yang dingin meraihnya dari belakang, dan..."

Rony mengakhiri ceritanya. Dan kembali duduk dengan wajah datarnya. Banyak dari kami penasaran dan
bertanya-tanya apa selanjutnya yang akan terjadi pada anak itu? Tapi semua tidak ada yang berani bertanya, karena itu sudah menjadi kesepakatan di awal.

Ibu guru kami lantas memberi tanggapan pada cerita karangan yang di bacakan Rony "Cerita yang cukup menyeramkan Rony, tapi cobalah untuk membuat akhir dari sebuah cerita yang kau karang, tentu kami ingin tahu kelanjutan dari karanganmu itu."

Rony hanya diam, tanpa berkata apa-apa lagi. Aku juga penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya
pada cerita itu. Ketika kami pulang bersama, aku bertanya pada Rony. "kenapa tidak kau lanjutkan ceritamu? Aku sangat penasaran. Apa yang terjadi pada anak itu?" Rony hanya terdiam dan kemudian
menjawab dengan suara datar. "Aku juga tidak tahu, kevin. Aku tidak tahu apakah anak itu akan mati atau
malah selamat. Karena itu baru hanya rencana."

Mendengar itu aku terdiam, melangkah cepat dan kembali pulang.





Rate post:
{[['']]}

Baca juga:

Comments
3 Comments

3 comments: